Polusi Udara di Indonesia dan Dampaknya terhadap Kesehatan
2021-09-24 oleh Ketut Bagus Priambada
Di daerah perkotaan negara berkembang, seperti Jakarta, umumnya memiliki polusi udara yang tidak memenuhi standar World Health Organization (WHO) untuk ambang batas polutan yang dapat diterima (5 μg/m3). Hal ini menyebabkan meningkatnya risiko stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, penyakit pernapasan kronis dan akut. 93 persen populasi di Indonesia hidup di daerah dengan polusi udara melebihi standar WHO. Di Jakarta, polusi udara mengurangi harapan hidup sebanyak 4.8 tahun. Terestimasi sekitar 123,000 korban meninggal di Indonesia akibat polusi udara. Selain itu, Indonesia juga masuk ke negara ke-empat dengan kematian terbanyak akibat polusi udara dan ke-sembilan untuk negara paling tercemar di dunia di tahun 2020, dengan Tangerang, Bekasi, dan Jakarta sebagai kota paling tercemar di Indonesia. Selain polusi akibat kendaraan bermotor, polusi di ketiga kota ini juga disebabkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada di wilayah Jawa Barat.
Apa itu PM2.5
Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel udara yang menyebabkan polusi. Partikel ini berukuran 1/100 dari ketebalan rambut manusia. Partikel ini dilepaskan dari berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar ruangan. Meskipun atmosfer akan selalu memiliki PM2.5, tingkat tertentu dianggap sangat tinggi.
Darimana Asal PM2.5?
PM2.5 dapat dihasilkan oleh:
Hasil pembakaran kendaraan bermotor dan mesin.
Kebakaran hutan dan rumput
Proses industri, terutama yang melibatkan batu bara
Emisi dari pembangkit listrik
Reaksi kimia di atmosfer yang terjadi saat gas dan polutan dari pembangkit listrik bereaksi
Pembakaran akibat asap rokok, api untuk memasak atau pemanas.
Apakah dampak negatif dari PM2.5
International Agency for Research on Cancer (IARC) menyimpulkan bahwa polusi udara bersifat karsinogenik bagi manusia. Polusi udara juga memiliki kontribusi pada beban global penyakit pernapasan dan alergi seperti asma, penyakit paru-paru kronis, pneumonia, dan TBC.
source: https://labenviro.co.id/about-us/
Bagaimana cara melindungi diri dari PM2.5?
Kebijakan yang efektif dibutuhkan untuk mengurangi emisi, namun terdapat bukti bahwa tindakan individu dapat mendukung pengurangan paparan dan risiko kesehatan. Paparan individu terhadap polusi udara dapat dikurangi dengan tetap berada di dalam ruangan, mengurangi infiltrasi udara ke dalam ruangan, menggunakan filter udara dan membatasi aktifitas di luar ruangan, terutama yang dekat dengan polusi udara. Selain itu terdapat bukti yang menunjukan bahwa penggunaan respirator (bukan masker) akan efektif dalam melindungi diri dari PM2.5.
Masker bedah memiliki struktur seperti saringan yang hanya akan mencegah partikel yang berukuran besar sedangkan yang partikel berukuran kurang dari PM10 masih dapat melewati. Masker bedah tidak akan membantu untuk menanggulangi dampak dari penghirupan PM2.5. Masker bedah tidak dapat dikategorikan sebagai respirator apabila longgar saat dipakai. Hal ini dikarenakan masker bedah memiliki celah antara wajah dan tepi masker yang memungkinkan kebocoran udara dan partikel ke dalam masker. Masker bedah dirancang untuk melindungi lingkungan sekitar dari ludah atau lendir pengguna sendiri. Tenaga medis menggunakan masker medis untuk mencegah kuman mereka sendiri yang dapat menginfeksi pasien.
Respirator dirancang untuk melindungi pemakainya dari partikel di udara. Penelitian telah menunjukan bahwa respirator setidaknya 94% efisien terhadap partikel kecil berukuran sekitar 0,1-0,3 mikron apabila respirator tersebut cocok di wajah pemakainya.
Respirator apa yang dapat digunakan untuk melindungi diri dari PM2.5?
Respirator dengan peringkat FFP2 menyaring lebih dari 94% partikulat yang lebih besar dari 0,3 mikron. Hal ini cocok, karena sebagian besar efek polusi udara disebabkan oleh partikel dengan ukuran 2,5 mikron dan lebih kecil.